Homeschooling

Dongeng: Media Efektif Pengantar Pesan Guru HSPG

Dunia sastra selalu menjadi sahabat bagi semua kalangan. Kalangan ibu rumah tangga, seniman, dokter, dan juga guru. Pernahkah mendengar sebuah cerita seorang anak selalu takut masuk ruang praktik dokter dan semenjak sang dokter punya boneka tangan untuk bercerita dahulu sebelum menyuntik membuat anak itu menjadi tidak takut lagi disuntik? Atau pernahkah mendengar cerita ada seorang anak yang bisa cepat terlelap tidurnya setelah ibunya membacakan dongeng dan menyanyikan lagu ‘nina bobo’? Atau pernahkah mendengar cerita seorang anak bisa konsentrasi belajar jika sambil mendengarkan lagu? Itu hanya beberapa contoh peranan dunia sastra dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana peran sastra di dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran di kelas?
Semua orang pasti akan sepakat jika belajar tidak hanya mengasah kognitif, namun juga harus mengasah afektifnya. Guru-guru di HSPG sangat meyakini hal itu. Bagaimana pembelajaran di kelas bisa mendapatkan keduanya? Tentu harus menggunakan media dan metode yang tepat. Salah satu media pembelajaran sastra di kelas yang sering digunakan di HSPG adalah dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa dan penuh khayalan yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional yang disampaikan secara turun-temurun. Karena ceritanya yang penuh dengan khayalan maka dongeng menjadi media pembelajaran yang cocok diberikan bagi anak-anak usia dini atau taman kanak-kanak dan bisa juga untuk sekolah dasar tingkat awal.


Dongeng menjadi primadona bagi guru-guru HSPG dalam menyampaikan materi. Hal ini merupakan hal yang sangat wajar mengingat dongeng berisi hal yang kaya nilai-nilai. Anak-anak juga bisa belajar bersimpati dan berempati dari dongeng. Mereka dapat belajar tentang kejujuran, rendah hati, setia kawan, tanggung jawab, dan gotong royong dari sebuah cerita. Semua orang pasti sangat mengingat dongeng Gajah dan Burung Jalak, di mana gajah memiliki kesulitan mengambil kutu di punggungnya dan burung jalak membantu gajah untuk mengambil kutu sekaligus mendapatkan makanan. Tentu saja akan menjadi hal yang membosankan jika seorang guru langsung berkata “Kita harus saling tolong-menolong”. Anak pasti akan kesulitan membayangkan apa itu tolong-menolong dan bagaimana praktik di dunia nyata. Namun, guru bisa mendongeng terlebih dahulu kemudian bisa membahas dengan anak apa yang baik dan bisa dicontoh dari isi dongeng.
Telah terbukti bahwa menyampaikan pembelajaran dengan cara mendongeng memiliki keberhasilan mendekati 100% di HSPG. Jumlah peserta didik yang terbatas di kelas, guru yang memiliki keterampilan bercerita yang mumpuni, serta keingintahuan peserta didik menjadi indikator keberhasilan media dongeng. Anak-anak menjadi tidak merasa dinasihati atau digurui dengan mendongeng, kecerdasan kognitif mereka juga semakin terasah, dan anak belajar untuk memiliki jati diri yang jelas pada masa tumbuh kembangnya. Hal ini tentu tidak lepas dari manfaat yang didapat dari dongeng. Dongeng merupakan media untuk menanamkan nilai dan etika pada anak, memperkenalkan berbagai bentuk emosi, mempererat ikatan batin antara pendongeng dan anak, memperkaya perbendaharaan kata, dan merangsang imajinasi anak.


Jadi, dongeng merupakan media yang sangat penting dan efektif dalam kegiatan belajar-mengajar. Efektif berarti tercapainya berbagai sasaran yang ditentukan secara tepat. Untuk itu dongeng dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran apabila dalam penyampaiannya memperhatikan beberapa faktor dan media penunjang guna mendukung ketersampaian pesan dan sasaran yang ingin dicapai. Selamat hari dongeng, keingintahuan, imajinasi, dan komunikasi adalah kunci penting dalam mendongeng.

Penulis: Agnes Riantika Dewayanti (Tutor Bahasa Indonesia HSPG Yogyakarta)

Categories artikel/Berita Pendidikan/Kegiatan

Post Author: adminhspg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *